Berikan
Karakter Motivasi Untuk Menggugah
Sebelum
masuk ke substansinya. Bagaimana mambangun atau memberi karakter terhadap
Motivasi yang memiliki daya gugah yang memaksa. Ada baiknya kita sama-sama
sepakati bahwa umumnya ada 2 cara seseorang mendapatkan motivasi. Yaitu dari
dalam dan dari luar diri kita masing-masing. Dan proses itu boleh di istilahkan
sebagai “proses penyerapan motivasi”.
Namun pada
prakteknya, keduanya tidak dapat di pisahkan. Saling bersinggungan dan saling
melengkapi. Jika kita melihat bahwa menjadi orang kaya itu enak. Maka proses
motivasi terjadi melalui proses komunikasi kedalam diri kita. jika di dalam
menerima dengan baik. maka out put yang dihasilkan akan terlihat maksimal. Jika
tidak maka hasilnya pun akan sebaliknya. Mungkin bisa kacau bahkan berpotensi
menimbulkan stress.
Seorang yang
punya cita-cita menjadi orang kaya tentu sudah melalui proses “penyerapan
motivasi”. Motivasi yang di peroleh dari dalam dan luar sekaligus. Proses
itulah yang akhirnya terkemas dalam sebuah cita-cita luhur manusia. Maka dari
itu, seharusnya cita-cita atau isilah yang lebih mendalam biasa di sebut
impian, seharusnya rasional dan bisa di cerna dengan logika. Bukan semata-mata
daftar target yang ingin di capai. Tapi sudah merupakan alur yang hidup yang
bisa mendorong kita melakukan apapun untuk mewujudkannya.
Tapi untuk
sampai ke prose situ. Proses yang membuka pintu kesadaran. Membutuhkan
ketajaman berfikir dan mencerna secara menyeluruhm utuh dan mendalam. Alam
sadar dan tidak sadar perlu di benturkan. Sebab terkadang bahwa apa yang kita
lihat dan apa yang kita inginkan bisa menjadi bias atau abstrak. Sebab tidak
adanya kejelasan makna secara deskriptif. Akibatnya distorsi yang bising akan
menjadi gejolak yang tak terkendali
Bisa jadi
ketika kita melihat orang kaya, seketika itu pula kita langsung kagum dan serta
merta keinginan itu masuk kedalam hati dan berucap “bagaimana yah caranya agar
saya seperti itu?”. Disini ada proses komunikasi antara apa yang kita lihat dan
efeknya dengan apa yang kita rasakan. Jika kejadian dan pengalaman itu bisa
kita eksekusi menjadi cita-cita baru kita. berarti proses penyerapan motivasi
itu berdampak efektif terhadap diri kita.
Tapi jika
tidak, itu berarti prosesnya tidak mampu menembus benteng pertahanan diri kita
sendiri. Artinya walau kita menginginkan itu, tapi sungguhnya didalam hati kita
menolaknya lebih keras dari apa yang kita ucapkan. Untuk masalah penolakan hati
ini, dengan sangat lengkap di jelaskan dalam buku Karya Erbe Sentanu-Quantum
Ikhlas. Tapi demi kejelasan artikel ini akan saya selesaikan semaksimal
mungkin.
Disini saya
tertarik untuk mengupas, bagaimana agar daya serap motivasi yang masih abu-abu
itu. Supaya lebih jelas dan berkarakter. Dengan harapan, proses itu, nantinya
akan semakin kuat dan mampu menyentuh ke hati kita yang terdalam. Sekaligus
memberikan percikan rasionalitas. Agar logika bisa memberika alasan yang di
terima oleh hati.
Menurut
hemat saya, cara sederhana namun cukup ampuh yaitu memanipulasi proses masuknya
motivasi itu. Kita akan coba mendeteksi keberadaan diri kita.
Berikut ini
karakter yang saya tawarkan :
- Karakter Pembelajar :
Ketika
seorang pembelajar melihat orang kaya, ia akan bertanya dan mencerna. Kenapa
orang itu bisa menjadi kaya? Apa yang dilakukannya dan apa trik dan kiatnya
sehingga ia bisa seperti itu? Pembelajar akan memposisikan diri sebagai subyek
yang memiliki keterbatasan pengetahuan.Posisi ini akan mengajak kita untuk mau kembali ke dasar
Berdiri di
sudut pembelajar, akan memancing rasa ingin tahu dan mendorong untuk melakukan
tindakan-tindakan pembelajaran. Berawal dari pertanyaan-pertanyaan sederhana.
pada akhirnya ia akan sampai kepada rumusan sederhana. dengan berusaha menjawab
pertanyaannya sendiri. Besar kemungkinan semua jawabannya akan mengarah kepada solusi
yang lebih realisits.
- Karakter Perenung :
Seorang
perenung akan lebih banyak mengoreksi diri sendiri, ketika ia melihat seseorang
yang di anggap melebihi kapasitasnya. Karakter ini sangat baik untuk mengikis
kepribadian yang selama ini enggan mengakui kekurangan. Ketika ia melihat orang
yang lebih kaya dari dia, ia akan merenungi kenapa saya belum juga kaya?
Padahal sudah banyak usaha yang saya lakukan. Dimana kekurangan saya? Kenapa
bisa begini dan apa yang selanjutnya perlu saya lakukan? Dan pertanyaan-pertanyaan
lain yang berusaha mengangkat sisi non-produktif sang perenung.
- Karakter pengamat :
Karakter ini
lebih bijaksana dan berimbang dalam melihat suatu kondisi. Karakter ini sangat
cocok untuk melakukan analisis mendalam, kenapa si A bisa jadi kaya dan si B
tidak? Maka tidak heran, seorang pengamat, akan bersikap sangat anggun ketika
melihat orang yang lebih kaya. Sebab ia tahu, bahwa semua itu pasti ada
unsur-unsur yang membentuk kualitas seseorang. Apakah ia orang kaya atau orang
miskin.
Nah.. di
posisi mana anda ketika melihat orang lain yang lebih sukses dari anda? Tidak
perlu di jawab.
Sebab
karakter ini tidak untuk dijadikan personifikasi diri anda. Tapi karakter ini
saya coba tawarkan untuk kita pergunakan sebagai upaya merekatkan label terhadap
proses motivasi yang akan kita peroleh di kemudian hari.
Coba
bayangkan, ketika anda melihat orang yang sukses. Pada saat itu rasa simpatik
dan kagum jelas terpancar di wajah anda. Kira-kira bagaimana memetik moment itu
agar memiliki daya gugah terhadap diri kita sendiri?
Nah, kita
bisa gunakan ketiga karakter itu. Apakah sebagai pembelajar, perenung atau
pengamat? Terserah anda mau gunakan yang mana. Yang terpenting, adalah dalam
rangka usaha menceburkan motivasi itu kedalam hati, tidak terjadi distorsi.
Sebab jika itu terjadi. Maka bisa jadi bukan motivasi yang akan anda peroleh,
melainkan rasa iri dan cemburu yang menyesatkan. Bahkan bisa jadi bahan gossip
yang gurih.
Pokoknya
berusahalah melihat dengan sudut pandang yang bisa mempengaruhi hati anda agar
mau menerima kenyataan itu dan menjadikannya dorongan atas kemajuan diri
sendiri. titik. Selesai.
0 komentar:
Posting Komentar