Kamis, 26 April 2012

Berikan Karakter Motivasi Untuk Menggugah

Sebelum masuk ke substansinya. Bagaimana mambangun atau memberi karakter terhadap Motivasi yang memiliki daya gugah yang memaksa. Ada baiknya kita sama-sama sepakati bahwa umumnya ada 2 cara seseorang mendapatkan motivasi. Yaitu dari dalam dan dari luar diri kita masing-masing. Dan proses itu boleh di istilahkan sebagai “proses penyerapan motivasi”.
Namun pada prakteknya, keduanya tidak dapat di pisahkan. Saling bersinggungan dan saling melengkapi. Jika kita melihat bahwa menjadi orang kaya itu enak. Maka proses motivasi terjadi melalui proses komunikasi kedalam diri kita. jika di dalam menerima dengan baik. maka out put yang dihasilkan akan terlihat maksimal. Jika tidak maka hasilnya pun akan sebaliknya. Mungkin bisa kacau bahkan berpotensi menimbulkan stress.
Seorang yang punya cita-cita menjadi orang kaya tentu sudah melalui proses “penyerapan motivasi”. Motivasi yang di peroleh dari dalam dan luar sekaligus. Proses itulah yang akhirnya terkemas dalam sebuah cita-cita luhur manusia. Maka dari itu, seharusnya cita-cita atau isilah yang lebih mendalam biasa di sebut impian, seharusnya rasional dan bisa di cerna dengan logika. Bukan semata-mata daftar target yang ingin di capai. Tapi sudah merupakan alur yang hidup yang bisa mendorong kita melakukan apapun untuk mewujudkannya.
Tapi untuk sampai ke prose situ. Proses yang membuka pintu kesadaran. Membutuhkan ketajaman berfikir dan mencerna secara menyeluruhm utuh dan mendalam. Alam sadar dan tidak sadar perlu di benturkan. Sebab terkadang bahwa apa yang kita lihat dan apa yang kita inginkan bisa menjadi bias atau abstrak. Sebab tidak adanya kejelasan makna secara deskriptif. Akibatnya distorsi yang bising akan menjadi gejolak yang tak terkendali
Bisa jadi ketika kita melihat orang kaya, seketika itu pula kita langsung kagum dan serta merta keinginan itu masuk kedalam hati dan berucap “bagaimana yah caranya agar saya seperti itu?”. Disini ada proses komunikasi antara apa yang kita lihat dan efeknya dengan apa yang kita rasakan. Jika kejadian dan pengalaman itu bisa kita eksekusi menjadi cita-cita baru kita. berarti proses penyerapan motivasi itu berdampak efektif terhadap diri kita.
Tapi jika tidak, itu berarti prosesnya tidak mampu menembus benteng pertahanan diri kita sendiri. Artinya walau kita menginginkan itu, tapi sungguhnya didalam hati kita menolaknya lebih keras dari apa yang kita ucapkan. Untuk masalah penolakan hati ini, dengan sangat lengkap di jelaskan dalam buku Karya Erbe Sentanu-Quantum Ikhlas. Tapi demi kejelasan artikel ini akan saya selesaikan semaksimal mungkin.
Disini saya tertarik untuk mengupas, bagaimana agar daya serap motivasi yang masih abu-abu itu. Supaya lebih jelas dan berkarakter. Dengan harapan, proses itu, nantinya akan semakin kuat dan mampu menyentuh ke hati kita yang terdalam. Sekaligus memberikan percikan rasionalitas. Agar logika bisa memberika alasan yang di terima oleh hati.
Menurut hemat saya, cara sederhana namun cukup ampuh yaitu memanipulasi proses masuknya motivasi itu. Kita akan coba mendeteksi keberadaan diri kita.
Berikut ini karakter yang saya tawarkan :
  • Karakter Pembelajar :
Ketika seorang pembelajar melihat orang kaya, ia akan bertanya dan mencerna. Kenapa orang itu bisa menjadi kaya? Apa yang dilakukannya dan apa trik dan kiatnya sehingga ia bisa seperti itu? Pembelajar akan memposisikan diri sebagai subyek yang memiliki keterbatasan pengetahuan.Posisi ini akan mengajak kita untuk mau kembali ke dasar
Berdiri di sudut pembelajar, akan memancing rasa ingin tahu dan mendorong untuk melakukan tindakan-tindakan pembelajaran. Berawal dari pertanyaan-pertanyaan sederhana. pada akhirnya ia akan sampai kepada rumusan sederhana. dengan berusaha menjawab pertanyaannya sendiri. Besar kemungkinan semua jawabannya akan mengarah kepada solusi yang lebih realisits.
  • Karakter Perenung :
Seorang perenung akan lebih banyak mengoreksi diri sendiri, ketika ia melihat seseorang yang di anggap melebihi kapasitasnya. Karakter ini sangat baik untuk mengikis kepribadian yang selama ini enggan mengakui kekurangan. Ketika ia melihat orang yang lebih kaya dari dia, ia akan merenungi kenapa saya belum juga kaya? Padahal sudah banyak usaha yang saya lakukan. Dimana kekurangan saya? Kenapa bisa begini dan apa yang selanjutnya perlu saya lakukan? Dan pertanyaan-pertanyaan lain yang berusaha mengangkat sisi non-produktif sang perenung.
  • Karakter pengamat :
Karakter ini lebih bijaksana dan berimbang dalam melihat suatu kondisi. Karakter ini sangat cocok untuk melakukan analisis mendalam, kenapa si A bisa jadi kaya dan si B tidak? Maka tidak heran, seorang pengamat, akan bersikap sangat anggun ketika melihat orang yang lebih kaya. Sebab ia tahu, bahwa semua itu pasti ada unsur-unsur yang membentuk kualitas seseorang. Apakah ia orang kaya atau orang miskin.
Nah.. di posisi mana anda ketika melihat orang lain yang lebih sukses dari anda? Tidak perlu di jawab.
Sebab karakter ini tidak untuk dijadikan personifikasi diri anda. Tapi karakter ini saya coba tawarkan untuk kita pergunakan sebagai upaya merekatkan label terhadap proses motivasi yang akan kita peroleh di kemudian hari.
Coba bayangkan, ketika anda melihat orang yang sukses. Pada saat itu rasa simpatik dan kagum jelas terpancar di wajah anda. Kira-kira bagaimana memetik moment itu agar memiliki daya gugah terhadap diri kita sendiri?
Nah, kita bisa gunakan ketiga karakter itu. Apakah sebagai pembelajar, perenung atau pengamat? Terserah anda mau gunakan yang mana. Yang terpenting, adalah dalam rangka usaha menceburkan motivasi itu kedalam hati, tidak terjadi distorsi. Sebab jika itu terjadi. Maka bisa jadi bukan motivasi yang akan anda peroleh, melainkan rasa iri dan cemburu yang menyesatkan. Bahkan bisa jadi bahan gossip yang gurih.
Pokoknya berusahalah melihat dengan sudut pandang yang bisa mempengaruhi hati anda agar mau menerima kenyataan itu dan menjadikannya dorongan atas kemajuan diri sendiri. titik. Selesai.

0 komentar:

Posting Komentar

Template by:

Free Blog Templates